Selasa, 09 November 2010

Tugas 4 : Perilaku Kosumen



Jenis-jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian 




Mata Kuliah :

Perilaku Konsumen

Disusun Oleh :
Nama : Glory Utama
NPM : 10208552
Kelas : 3EA03

Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi



Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Menurut (Kotler, 2000:160): adapun jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek

Penjelasan jenis-jenis tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tingkah laku membeli yang kompleks  
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merk tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan mereka lewat media cetak.

b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan      
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek.     


c. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan     

Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli.

d. Tingkah laku membeli yang mencari variasi    
Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merk yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merk yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.






Tugas 3 : Perilaku Kosumen


Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pelanggan





Mata Kuliah :

Perilaku Konsumen

Disusun Oleh :
Nama : Glory Utama
NPM : 10208552
Kelas : 3EA03

Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi


            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan.Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seorang konsumen.

1. Psikografis, dan kepribadian      
Psikografis adalah sebuah teknik operasional untuk mengukur gaya hidup. Dalam kata lain psikografis adalah penelitian mengenai profil psikologi dari konsumen. Psikografis memberikan pengukuran secara kuantitatif maupun kualitatif. Bila demografis menjelaskan siapa yang membeli suatu produk, psikografis menekankan pada penjelasan mengapa produk tersebut dibeli. Sangat penting untuk meneliti faktor psikografis termasuk kepercayaan dan nilai karena kesuksesan industri organik akan bergantung pada tingkat kemampuan memobilisasi konsumen untuk menerima produk organik                              
Kepribadian dalam bidang pemasaran memiliki arti sebagai respon yang konsisten terhadap pengaruh lingkungan. Kepribadian adalah tampilan psikologi individu yang unik dimana mempengaruhi secara konsisten bagaimana seseorang merespon lingkungannya.

2. Motivasi Konsumen         
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.
           
3. Pengetahuan Konsumen              
Pengetahuan konsumen dapat diartikan sebagai himpunan dari jumlah total atas informasi yang dimemori yang relevan dengan pembelian produk dan penggunaan produk. Misalnya apakah makanan organik itu, kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya, manfaatnya bagi kesehatan, dan lain-lain.

4. Intensi, Kepercayaan, dan Perasaan Konsumen           
Intensi adalah pendapat subjektif mengenai bagaimana seseorang bersikap di masa depan. Ada beberapa jenis intensi konsumen.

Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai penilaian subjektif mengenai hubungan antara dua atau lebih benda. Suatu kepercayaan dibentuk dari pengetahuan. Apa yang telah seseorang pelajari mengenai suatu produk mendorong timbulnya kepercayaan tertentu mengenai produk tersebut.

Perasaan adalah suatu keadaan yang memiliki pengaruh (seperti mood seseorang) atau reaksi. Perasaan dapat bersifat positif maupun negatif tergantung kepada setiap individu. Perasaan juga memiliki pengaruh terhadap penentuan sikap seorang konsumen.  

            Sesuai tulisan diatas bisa disimpulkan bahwa setiap manusia pasti menginginkan sesuatu yang terbaik untuk dirinya entah itu dari kehidupanya, tata kerja, pola hidup dan dalam segi perekonomian. maka dari itu sebagai konsumen kita harus meperhatikan hal tersebut dan mencari alternatif yang efisien agar setiap keputusan menjadi optimal.



Jumat, 05 November 2010

Tugas 2 : Perilaku Konsumen

Kebiasaan Konsumen dan Loyalitas Merk



Mata Kuliah :

Perilaku Konsumen

Disusun Oleh :
Nama : Glory Utama
NPM : 10208552
Kelas : 3EA03

Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi




Aaker (1997:56) mendefinisikan loyalitas merek (brand loyalty)sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apa pun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Dengan demikian, brand loyalty merupakan salah satu indikator inti dari brand equity yang jelas terkait dengan peluang penjualan, yang berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan dimasa yang akan datang.


Tingkat Loyalitas Merek
Dalam kaitannya dengan loyalitas merek terdapat beberapa tingkat loyalitas. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan tersebut adalah sebagai berikut (Aaker, 1997, p.58):

- Berpindah-pindah (Switcher) Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

- Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual Buyer) Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya, maupun berbagai bentuk pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.


- Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied buyer) Pada tingkat ini pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal).


       - Menyukai merek (Likes the brand) Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan                   pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Meskipun demikian seringkali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.


            - Pembeli yang komit (Committed buyer)
 Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia.      Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepadaorang lain.

Sebagai contoh dari hal itu ialah HP (hand-phone). Saat ini hand-phone tidak lagi dijadikan sebagai barang mewah karena hampir seluruh masyarakat dari beragam lapisan memiliki hand-phone, tetapi sebagian produk hand-phone yang masih dikatakan mewah karena memang harga hand-phone itu yang masih diatas rata-rata dari pengahsilan atau pendapatan masyarakat umum.

BlackBerry salah satu dari merk hand-phone yang tergolong mewah tersebut, gadget ini yang sedang marak dibincangkan baik dari fitur dan aplikasi yang sangat memnfaatkan perkembangan teknologi maupun dari faktor maraknya atau meningkatnya jumlah pemakai di Indonesia.

Di luar faktor itu pula, dengan memiliki gadget ini dapat menaikan status sosial seseorang walaupun berbeda dengan status sebenarnya dari orang tersebut. sehingga banyak bermunculan produk-produk handphone yang menyerupai aplikasi, desaign dll agar menarik minat dari konsumen itu sendiri.




Rabu, 03 November 2010

Tugas 1 : Perilaku Konsumen


Model Perilaku Pengambilan Keputusan

  
Mata Kuliah :
Perilaku Konsumen

Disusun Oleh :
Nama : Glory Utama
NPM : 10208552
Kelas : 3EA03
Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi


Dalam teori manajemen mengenal adanya beberpa perbedaan antara dua model utama dalam pembuatan keputusan. Kedua model tersebut adalah model klasik dan model perilaku. Model rasional dalam pengambilan keputusan menganggap cukup rasional, meskipun kenyataannya manajer atau seseorang tidak cukup rasional dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pendekatan rasional dapat dikatakan tidak cukup efektif atau menjamin suatu kesuksesan dalam satu keputusan.

1.      Model Keputusan Klasik
Model Keputusan Klasik (classical decision model) berpandangan bahwa manajer atau seseorang bertindak dalam kepastian. Manajer menghadapi masalah yang terdefinisikan dengan jelas dan mengetahui kemungkinan semua alternative tindakan dan konsekuensinya. Akibatnya, keputusan optimis terbuat, yaitu manajer memilih alternatif yang memberi solusi masalah terbaik. Pendekatan klasik ini merupakan model yang sangat rasional unutk pembuatan keputusan manajerial.

2.      Model Keputusan Administratif
            Herbert Simon mencoba menjelaskan pengambilan keputusan dari sisi perilaku (behavior) pengambilan keputusan. Menurutnya, manajer dalam pengabilan keputusan menghadapi tiga kondisi, yaitu :
a.  Informasi tidak sempurna atau tidak lengkap
b. Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality)
c.  Cepat puas (satisfice)
            Kondisi memberatkan para manajer atau seseorang unutk membuat keputusan rasional yang sempurna. Mereka menciptakan batas yang rasional bahwa keputusan manajerial rasional hanya dalam batasan yang didefinisikan dalam informasi yang tersedia.

Bedasarkan dua teori tersebut dapat dikatakan bahwa dengan  pendekatan rasional menjelaskan suatu model yang ideal, yaitu bagaimana manajer atau seseorang seharusnya berperilaku dalam mengambil keputusan. Sedangkan pendekatan administrative menggambarkan perilaku yang realistis dalam pengambilan keputusan..

Menurut saya, suatu keputusan dikatakan baik apabila melalui beberapa alternatif entah itu dari pribadi itu sendiri sesuai pengalaman seseorang dalam menghadapai suatu permasalahan atau dari beberapa informasi yang ada ditambah dari hasil diskusi sehingga dapat meminimalisasikan suatu resiko dan memaksimalkan keputusan yang dapat realisasikan.

Model ini juga dapat direalisasikan ke dalam perilaku konsumen dalam menentukan suatu produk yang ingin dibeli dengan mempertimbangkan beberapa hal: harga, kualitas produk dll. Sehinggga komsumen dapat mengoptimalkan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dipilih dengan biaya yang sangat efisien.

  • Amirullah dan Haris Budiyono, 2004. Pengantar Manajemen, Graha Ilmu,  Yogyakarta.